COST ANALYSIS

 PENDAHULUAN

Analisis biaya tradisional dimulai dari klasifikasi biaya. Dua  pendekatan utama yang muncul

adalah : pendekatan fungsional dan perilaku biaya. Pendekatan fungsional membagi biaya dan

beban berdasarkan penggunaan spesifik fungsionalnya. Contoh : biaya tenaga kerja, biaya

overhead pabrik, biaya bahan baku,dll. Pendekatan fungsional menekankan dimana biaya tersebut

dihabiskan, dan bukan bagaimana biaya tersebut dihubungkan dengan aktivitasnya.

Pendekatan perilaku biaya menggambarkan bagaimana biaya bereaksi terhadap level aktivitas

outputnya dengan menggunakan variabilitas biaya. Menurut pendekatan perilaku biaya, biaya

digolongkan menjadi fixed cost dan variabel cost. Biaya variabel adalah biaya yang mudah

ditelusuri dan diidentifikasi aktivitasnya. Biaya ini akan naik seiring dengan naiknya aktivitas.

Sebaliknya, biaya tetap  (FC) merupakan biaya yang tidak terpengaruh ada atau tidaknya aktivitas.

Sunk cost adalah biaya yang dibayar tetapi tidak berhubungan dengan aktivitas output operasi.

Pendekatan perilaku biaya membedakan biaya aktivitas produksi dan aktivitas penjualan. Perilaku

biaya mennetukan skala operasi dan kemampuan perusahaan untuk mengontrol, menentukan

harga, kontribusi laba, dan merebut harga saham.

2. STRUKTUR BIAYA

Struktur biaya merupakan hal yang penting karena mennetukan seberapa fleksibel strategi dan

kebijakan perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan dengan struktur

FC yang tinggi menunjukkan perusahaan kurang fleksibel dalam mengurangi biaya ketika

penjualan menurun. Potensi biaya yang tingi akan beresiko menaikkan kemungkinan kerugian.

Sebaliknya, perusahaan dengan FC yang rendah akan membatasi perusahaan dalam melakukan

ekspansi. Perusahaan akan kesulitan menyesuaikan harga produk, sehingga beresiko kehilangan

pangsa pasar.

Singkatnya, struktur biaya berdampak pada :

 FC yang tinggi akan menguntungkan perusahaan dalam segi skala ekonomi.

 FC yang tinggi menyebabkan perusahaan sulit beradaptasi atau kurang fleksibel menghadapi lingkungan bisnis yang sering berubah.

 FC yang tinggi lebih dinamis dalam merebut pangsa pasar.

Struktur biaya merupakan manifestasi dari pilihan strategi dalam jangka panjang. Perusahaan telah

memilih struktur yang optimal yang digerakkan dari keunggulan komparatif dalam pasar yang

kompetitif.

3. ANALISIS LABA KONTRIBUSI

Kontribusi laba dibangun dari struktur biaya perusahaan. FC merupakan komponen biaya yang

tidak dapat disesuaikan, sehingga tidak relevan untuk digunakan sebagai pengambilan

keputusan. Dengan demikian, formula laba perusahaan digambarkan sebagai berikut :

Laba = Penjualan – VC – FC

Perusahaan dengan FC tinggi mampu menghasilkan laba lebih tinggi pada volume penjualan

yang tinggi daripada perusahaan dengan FC rendah. Laba kontribusi merupakan teknik dan

konsep yang sangat kuat dalam keputusan harga, manajemen kapasitas, atau keputusan

operasional. Perusahaan dapat memutuskan perubahan skema pembayaran untuk tim penjualan

dalam rangka meningkatkan penjualan. FC tidak relevan untuk pengambilan keputusan karena

diberlakukan sebagai Sunk Cost dan tidak ada peluang untuk kapasitas luang yang bisa

digunakan.

Analisis laba kontribusi berkaitan dengan struktur biaya terhadap harga, volume, dan margin

laba. Merupakan hal yang sangat instrumental dalam pengambilan keputusan keuangan

dimana perilaku biaya merupakan inti dari konsep laba kontribusi.

4. ANALISIS BIAYA STRATEGIK

Analisis biaya strategik fokus pada bagaimana posisi biaya mengubah dengan perhatian pada

perubahan posisi keunggulan kompetitif perusahaan. Pendekatan ini menekankan pada proses

strategik diantaranya :

1) Identifikasi SWOT perusahaan

Analisis SWOT merupakan tahap lahirnya siklus proses strategik. Analisis SWOT

ingin mengetahui posisi perusahaan terhadap kompetitor, customer, suplier, dan

penyedia sumber daya. Pada tahap ini informasi biaya menjadi fokus eksternal, Posisi

biaya antara perusahaan dengan pasar umu ditekankan dan informasi yang berkaitan

dengan competitive advantage perusahaan dicari.

2) Penjangkaran pasar yang kompetitif

Tahap ini menggunakan informasi biaya untuk menemukan apa yang seharusnya

dicari oleh pasar dan perusahaan harus memanfaatkan hal itu sebagai competitive

advantage. Apa yang unik yang ada pada perusahaan, apa penggerak biayanya, apa

value chain perusahaan, dan struktur biaya yang memungkinkan pemilihan strategi,

dan bagaimana perusahaan dapat mengkuantifikasikan competitive advantage melalui

analisis kompetitor.

3) Formulasi strategi terhadap positioning strategi

Pada tahap ini membangun tipe strategi umum yang dipilih. Strategi umum juga

menentukan pilihan perusahaan atas rencana nilai terhadap customer. Pilihan

mempunyai implikasi bagi sistem informasi biaya. Pilihan tersebut menentukan

apakah desain sistem informasi diarahkan terhadap peningkatan nilai superior melalui

diferensiasi strategi atau nilai ekonomi melalui strategi keunggulan biaya.

4) Implementasi strategi dan detail rencana

Pada tahap ini dilakukan pengubahan ide menjadi rencana, strategi menjadi tugas yang

bisa dijalankan, dan tugas menjadi pengukuran pengendalian yang bisa didefinisikan

sehingga kinerja actual dapat dievaluasi dan perkembangan kinerja dapat di review

dan dibandingkan dengan keseluruhan rencana perusahaan.

5) Evaluasi dan mengulangi rencana

Evaluasi rencana merupakan tahap akhir dari proses strategi dimana menekankan pada

identifikasi gap kinerja, analisis sebab dan akar, dan tahap untuk mengulangi rencana

strategi. Sistem informasi biaya difokuskan pada internal, didukung oleh informasi

pasar yang baru dalam mencari penjelasan untuk perubahan lanskap pasar.

Analisis biaya strategi difokuskan pada 2 hal. Pertama, menekankan pada pemilihan strategi cost

driver untuk membangun kompetitif dan kompetensi. Cost driver merupakan pengembangan

kapabilitas struktural. Kapabilitas struktural merupakan skala, lingkup, pemilihan teknologi, dan

kompleksitas operasi. Kedua, analisis positioning strategi. Dalam hal ini informasi biaya didesain

untuk : a) menilai resiko bisnis, b) membangun timing realistis untuk milestone, c) menentukan

jumlah investasi, d) menyajikan informasi untuk mengevaluasi kinerja secara tepat, e) mengatur

efektivitas skema insentif untuk motivasi.

5. ACTIVITY BASED COSTING

Untuk mengalokasikan biaya tak langsung ke produk tidaklah mudah. Pendekatan tradisional

banyak dikritisi karena membuat pricing untuk produk secara tidak akurat dan menyesatkan

manajemen. ABC dibangun sebagai alternatif untuk metode tradisional dalam product costing dan

value chain analysis.

ABC menekankan pada pentingnya menghubungkan biaya tidak langsung terhadap aktivitas

dalam alokasi biaya. Didasarkan pada asumsi bahwa biaya diturunkan dari adanya aktivitas. Ketika

banyak aktivitas, maka akan timbul banyak biaya pula. Berdasarkan logika tersebut, biaya harus

dialokasikan kepada aktivitas yang menggerakkan biaya. Objek biaya didefinisikan sebagai biaya

yang akan dialokasikan. Cost pool didefinsikan sebagai biaya yang dikumpulkan untuk melayani

fungsi yang serupa.

Menggunakan activity driver untuk menetapkan kembali biaya pada driver biaya, sehingga pola

pengeluaran yang lebih akurat akan didapat. Kelemahan ABC adalah : a) ABC tidak

mepertanyakan nilai tambah dari aktivitas, dan b) ada justifikasi atas pengeluaran biaya.

6. “IMPLEMENTATION OF ACTIVITY-BASED COSTING IN MANUFACTURING”

ABC system telah menjadi aspek yang penting bagi industri manufaktur dalam rangka untuk

meningkatkan kualitas strategi untuk berjuang pada persaingan pasar. Penelitian ini menggunakan

studi kasus pada perusahaan Finlandia. Ternyata penerapan ABC membawa kepada klasifikasi

aktivitas yang memiliki value-added dan non value-added. ABC menyediakan cara untuk

mengeliminasi aktivitas non value-added. Tipe ABC system yang dibutuhkan antar perusahaan

dapat berbeda tergantung dari jenis keberagaman biaya overhead yang dimiliki oleh perusahaan.

Struktur biaya harus mudah dimengerti dan digunakan. ABC system harus dapat menyediakan

informasi dari level tertinggi perusahaan ke level terendah elemen biaya dalam sebuah proses.

Perubahan dalam sistem akuntansi juga diperlukan diantaranya : dengan menggunakan

pengukuran non keuangan untuk mengukur kinerja, menggunakan cost driver yang tepat,

mengurangi dokumen terkait pembelian, menyederhanakan akuntansi untuk proses kerja,

penyederhanaan dan perbaikan berkelanjutan  sistem akuntansi biaya. Pengukuran kinerja non

finansial diberikan berdasarkan pertimbangan pengukuran kinerja sistem.

Kesuksesan implementasi ABC tergantung pada kondisi organisasi dan karakteristik perilaku

organisasi, diantaranya :

 Komitmen top management.

 Pelatihan dan pendidikan karyawan mengenai ABC

 Insentif untuk memotivasi karyawan untuk mengimplementasikan ABC

7. “ACTIVITY-BASED COSTING/MANAGEMENT AND ITS IMPLICATIONS FOR OPERATIONS MANAGEMENT

ABC system adalah sistem informasi yang dikembangkan pada tahun 1980an untuk mengatasi

keterbatasan akuntansi biaya tradisional dan meningkatkan kegunaan dalam pengambilan

keputusan. Gupta 

(2003) mendesain kerangka konseptual, operasional hexagon, yang menggunakan

ABC system untuk meningkatkan penggunaan pengambilan keputusan.

Diagram operasional hexagon menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan dalam

operasional manajemen meliputi 6 area utama, yaitu :

 Perencanaan produk dan desain

Perusahaan dengan banyak produk memerlukan perencanaan produk dan desain. Mudah

dilakukan manakala produk hanya 1, tetapi jika ribuan jenis produk yang dihasilkan harus

tersedia informasi untuk menentukan desain produk. ABC system menyediakan

komunikasi antar area fungsional secara jelas terhadap masalah desain produk.

 Manajemen kualitas dan pengendalian.

ABC system memainkan peran signifikan terhadap penentuan prioritas dan justifikasi

biaya atas proyek peningkatan kualitas. Karena melibatkan aktivitas non value added, ABC

dapat menyediakan informasi yang memungkinkan perusahaan untuk dampak atas setiap

proyek, sehingga dapat diputuskan yang mana yang akan diambil oleh perusahaan.

 Proses desain dan perbaikan.

Pada sistem tradisional, pengendalian biaya dilakukan setelah proses produksi dilakukan.

Pada era manufaktur modern, dimana kompleksitas produk berpengaruh signifikan

terhadap biaya, sebagian besar biaya ditentukan dan dikendalikan pada tahan desain. ABC

menawarkan wawasan yang berguna untuk proses pengambilan keputusan dan peralatan.

ABC menyediakan cara untuk mengidentifikasi, mendelegasikan, dan menganalisis

kegaiatn manufaktur yang mendasari dan mendorong biaya overhead.

 Manajemen persediaan.

Strategi pengurangan persediaan seperti JIT, membutuhkan kesiapan mulai dari proses

persiapan bahan mentah, pemrosesan, penyelesaian barang jadi. Namun, penumpukan

persediaan juga dilandasi beberapa alasan. ABC system dapat membantu mengidentifikasi

beberapa alasan yang dimaksud. Contoh : jika sebuah departemen dinilai kinerjanya

berdasarkan biaya yang rendah, maka pemesanan dalam jumlah besar untuk mendapatkan

diskon akan dilakukan. Jika bahan yang tersedia lebih besar dari kebutuhan, maka

penumpukan persediaan akan terjadi. Begitupun jika sebuah departemen dinilai

berdasarkan outputnya, maka departemen akan memproduksi barang sebanyak mungkin

tanpa memikirkan apakah produk akan langsung dijual atau dikirim ke gudang.

 Manajemen kapasitas.

Cokins 

(1993) berpendapat bahwa sebagian besar organisasi memiliki sangat sedikit

wawasan dan pemahaman tentang lokasi dan biaya kapasitas mereka yang tidak terpakai

dan tidak produktif. ABC system membantu perusahaan memahami hubungan antara

peningkatan kekayaan owner dengan kapasitas yang tidak terpakai. Dengan ABC system

biaya diisolasi dan diukur dengan 3 segmen : idle (tidak digunakan), tidak produktif, dan

produktif. Dengan wawasan ini, perusahaan dapat memotivasi manajer operasional untuk

mengurangi kapasitas non produktif yang akan meningkatkan kapasitas idle. Pada

gilirannya akan menyediakan insentif untuk mengisi kapasitas idle dengan lebih banyak

pesanan pelanggan atau menghapus kapasitas idle.

 Manajemen tenaga kerja.

ABC system dapat memberikan dampak pada karyawan perusahaan, khususnya pada area

pemberdayaan karyawan dan akuntabilitas, peran dan pertanggungjawaban, dan

pengukuran kinerja. Turney (1993) menyatakan  ABC dimulai dengan identifikasi aktivitas

yang dilakukan sebuah perusahaan. Titik baik untuk mengumpulkan informasi ABC adalah

karyawan front-line.

Singkatnya, penerapan ABC system melibatkan proses sebagai berikut :

 Identifikasi sumber daya (apa yang digunakan untuk bekerja)

 Identifikasi penggerak sumber daya  (sumber daya apa yang menghasilkan biaya)

 Identifikasi aktivitas (pekerjaan)

 Identifikasi penggerak aktivitas

 Identifikasi objek biaya kepada aktivitas  (untuk siapa atau untuk apa pekerjaan dilakukan).

Comments

Popular posts from this blog

Pelatihan Laporan Keuangan Sederhana Pada Kelompok UMKM Kalisidi

Economic Festival Night 2022

Accounting in Society: Berbagi bersama Belajar Menyenangkan