Customer Value

 

1. TINJAUAN MODEL PELAPORAN KINERJA CUSTOMER
Model pelaporan kinerja pada lapisan teratas fokus pada kunci yang yang menghubungkan ke
profitabilitas customer. Customer profit dan customer value akan menghilang apabila keunggulan
kompetitif perusahaan tidak lagi ada. Analisis mengenai apakah perusahaan dapat stabil pada level
kualitas layanan, meningkatkan layanan kepada service. Apakah fungsionalitas unik, sama, atau
ada dibawah kompetitor. Apakah perusahaan membuat kinerja cost to price yang baik? Apakah
volume lebih besar untuk mendapatkan laba yang bagus pada tingkat harga yang rendah?


Pada lapis kedua, menunjukkan perbedaan pengukuran keuangan. Kinerja operasi, efisiensi
keuangan, dan nilai perusahaan. Dimensi kinerja operasi mengukur kinerja keuangan customer.
Customer operating profit  (COP )adalah hasil dari pendapatan penjualan yang dihasilkan dari
customer, setelah dikurangi dengan semua yang terkait barang dan jasa yang digunakan untuk
melayani customer. Kinerja operasional fokus pada laba pasti, tanpa mempertimbangkan
profitabilitas relatif dari jumlah aset keuangan yang sama untuk semua peluang investasi.
Dimensi efisiensi keuangan memperbaiki rintangan ini. Dimensi ini mempertanyakan seberapa
efisien perusahaan menggunakan aset keuangan yang langka untuk menghasilkan laba bagi
perusahaan. ROA mengevaluasi prosentase profit pada setiap uang yang diinvestasikan. Dengan
menggunakan satuan uang yang sama, mudah untuk menganalisis profitabilitas relatif dari
investasi semua akun customer. Baik kinerja operasional dan efisiensi keuangan merupakan
pengukuran tahunan.
Dimensi nilai perusahaan mengukur nilai pemegang saham secara langsung. Dimensi ini
menghubungkan transaksi penjualan customer terhadap nilai perusahaan. Dengan menyertakan
elemen pembuatan nilai dalam sistem monitoring dan evaluasi, manajemen akan lebih
memperhatikan aktivitas pembentukan nilai. Economic Value Added (EVA) menggambarkan
pengukuran jangka pendek dari pembentukan nilai pemegang saham. Customer Lifetime Value
(CLV) menggambarkan pengukuran jangka panjang dari nilai pemegang saham.
 COP, ROA, EVA
COP = penjualan – HPP- Cost to Serve (MSDA)
Mengukur profitabiitas hanya dari COP tidak cukup, karena jumlah modal keuangan belum
dimasukkan dalam persamaan. OP tidak dapat mengukur seberapa efisien sumber keuangan yang
digunakan. Cost of capital (CoC) tidak dipertimbangkan , padahal sumber dana keuangan
mempunyai keterbatasan. Seberapa efisien sumber daya keuangan dalam menghasilkan laba tidak
dapat diketahui.
ROA = laba operasi bersih / rata-rata aset yang digunakan.
ROA diinterpretasikan sebagai laba customer sebelum pajak dibandingkan dengan rata-rata jumlah
aset yang digunakan untuk akun customer. ROA yang tinggi berarti laba yang tinggi dihasilkan
dari jumlah sumber daya yang sama. ROA rendah berarti perusahaan kurang baik dalam
menggunakan aset. ROA membedakan customer yang menghasilkan laba yang baik dengan
customer yang menghasilkan laba kurang baik berdasarkan penggunaan aset.
EVA = Laba Operasi Bersih (setelah pajak) – (aset bersih x cost of capital %)
EVA adalah kelebihan nilai keuangan (dalam istilah laba bersih operasi setelah pajak) setelah
dikurangi kalkulasi biaya modal berdasarkan laba bersih. Laba bersih didefinisikan sebagai aset
tetap bersih (setelah dikurangi depresiasi) ditambah dengan aset sekarang (persediaan atau piutang
dikurangi dengan kewajiban). 
Biaya modal adalah tingkat return yang dibutuhkan oleh perusahaan
untuk mengkompensasi biaya pendanaan untuk membiayai modal yang digunakan. Laba setelah
pengurangan cost of capital dan pajak adalah jumlah yang masih tersisa di kantung pemegang
saham, yang akan berkontribusi menaikkan nilai pemegang saham.
Perbedaan ROA dan EVA dalam mendefinisikan laba operasi adalah, ROA menggunakan konsep
kotor, laba operasi yang dihasilkan sebelum dikurangi pajak, dan net asset dikalkulasikan sebelum
dikurangi dengan kewajiban. Dalam EVA, digunakan konsep netto, laba operasi dikurangi dengan
pajak, aset bersih dikurangi kewajiban.
2. ARUS KAS BEBAS (Free Cash Flow)
Konsep arus kas bebas didefinisikan sebagai arus kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi
perusahaan. Arus kas bebas dari customer, didefinisikan sebagai arus kas bersih yang dihasilkan
dari transaksi bisnis dengan customer. Konsep arus kas bebas mempunyai keuntungan :
 Berasal dari arus kas sebenarnya dan bebas bias dari penggunaan metode akuntansi
(akrual).
 Unit dasar untuk menghitung nilai perusahaan dalam penilaian investasi.
 Merupakan kas yang tersedia untuk return modal investor atau sisa kas untuk investor..
Perhitungan arus kas bebas adalah :
Laba bersih + depresiasi = laba sebelum depresiasi – pajak = arus kas dari aktivitas operasi –
kenaikan (+ penurunan) laba bersih modal kerja-investasi aset tetap = arus kas bebas.
Beberapa penjelasan tentang arus kas bebas :
- Pertama, depresiasi pada investasi ditambahkan kembali tetapi tidak masuk perhitungan.
- Kedua, perubahan modal kerja operasi didasarkan pada perbedaan awal tahun dan akhir
tahun.
- Ketiga, sulit untuk menghitung pajak yang sesungguhnya karena pajak biasanya
menggunakan pajak tangguhan. % asumsi digunakan untuk menghitung pajak.
Arus kas bebas merupakan konsep penting untuk perhitungan arus kas moneter atau laba kas
dimana merupakan komponen dasar untuk penilaian nilai perusahaan.
3. KONSEP NILAI PELANGGAN
Customer value menekankan pada berapa banyak nilai perusahaan pelanggan individu yang dapat
dihasilkan dari hubungan aktivitas bisnis, sebagaimana pelanggan merupakan aset yang bernilai
dan kontributor kunci bagi nilai perusahaan. Pengukuran finansial yang lebih lama harus di
refleksikan melalui korelasi nilai perusahaan. Penggunaan nilai waktu hidup pelanggan untuk
penilaian kinerja jangka panjang mempunyai tujuan sebagai berikut :
 Mendukung keputusan pasar dalam transaksi bisnis.
 Mendukung evaluasi dan pengukuran kinerja bisnis dengan customer.
 Mendukung pengukuran aset perusahaan – yang dihubungkan dengan nilai perusahaan.
Nilai pelanggan merupakan dasar utama untuk memberi peringatan bagi manajemen agar rasional
dalam menginvestasikan Customer Relationship Manajemen 
(CRM) tanpa merampas nilai perusahaan. Juga sebagai pengingat manajemen untuk mempertimbangkan profitabilitas pelanggan dalam rangka memaksimalkan nilai pemegang saham.
4. NILAI WAKTU HIDUP PELANGGAN (CLV)
CLV adalah penjumlahan present value dari seluruh laba arus kas masa depan yang dihasilkan dari
customer melalui “specified life” dari hubungan dengan customer. FCF didistribusikan sepanjang periode waktu karena uang mempunyai nilai waktu. Untuk
mendiskontokan semua arus kas masa depan kita harus menentukan discount rate, yang sebaiknya
menggunakan weighted average cost of capital (WACC) yang berhubungan dengan EVA.
Discount rate penting untuk menentukan present value dari arus kas masa depan. Semakin tinggi
cost of capital (discount rate), maka nilai nominal diskonto menjadi lebih rendah.
CLV memberi gambaran dalam pembentukan nilai perusahaan, manajemen dapat
menggunakannya untuk pengambilan keputusan dalam berbagai opsi. CLV dapat membedakan
mana customer yang menghasilkan present value arus kas yang lebih tinggi dengan yang tidak,
walaupun customer mempunyai nominal nilai arus kas yang sama. CLV membutuhkan analisis
detail mengenai pelanggan individu dengan pengetahuan yang cukup mengenai pola penjualan,
pertumbuhan, biaya,dll. Penerapan CLV membutuhkan waktu yang lama dan membutuhkan
kepastian tentang outcome arus kas. Model CLV perlu disesuaikan untuk mengakomodasi level
analisis customer yang lebih agregat.
5. Model CLV Modifikasi
Gupta dan Lehman memodifikasi penggunaan CLV tradisional dengan membuat asumsi berikut
pada model : 
a) laba adalah konstan selama periode, b) tingkat penyimpanan adalah konstan, c)
periode project adalah tak terbatas. Sehingga, model modifikasi tidak membutuhkan data intensive
dari customer individu dan dapat membuat customer value dengan informasi yang pada umumnya
tersedia terbatas.
Asumsi laba rata-rata berdasarkan argumen bahwa ada 2 tekanan berlawanan yang membentuk
laba dari customer. Pada tekanan yang positif, customer dapat meningkatkan penjualan selama
periode waktu dan mengurangi biaya untuk melakukan bisnis dengan customer. Sebaliknya,
tekanan negatif dapat membuat penjualan menurun. Sehingga laba rata-rata merupakan estimasi
yang rasional untuk semua customer.
6. Penyimpanan customer
Tingkat penyimpanan customer jarang ditunjukkan dalam laporan profitabilitas walaupun
faktanya mempunyai dampak yang penting bagi manajemen customer. Hal itu disebabkan karena
3 hal : a) penyimpanan customer sangat erat nerkaitan dengan kepuasan customer yang merupakan
indikator kunci kinerja bagi perusahaan yang berorientasi pada customer. b) tinjauan kombinasi
antara margin dan tingkat penyimpanan customer telah membawa manajemen pada masalah
pricing dan pengambilan keputusan operasional. Laba tinggi dengan tingkat penyimpanan
customer yang rendah mengindikasikan potensi masalah penjualan. Laba rendah dengan tingkat
penyimpanan customer yang tinggi merupakan sinyal customer sensitif terhadap  harga.
Perusahaan harus konsisten dengan biaya dan strategi kompetitif. Laba rendah dengan tingkat
penyimpanan customer yang rendah menunjukkan prediksi sulitnya bisnis sehingga manajemen
perlu mengambil langkah penyelamatan.
7. Penggerak Kinerja Utama Dan Outcome Keuangan
Perusahaan akan bermasalah dalam dimensi jangka panjang apabila perusahaan hanya fokus pada
laba jangka pendek. Manajemen harus membalancekan prioritas antara customer value dan
customer profit. Key driver performance sama dengan lapis pertama dalam model pelaporan
kinerja customer. penggerak utama dilihat dari 3 kelompok : penggerak produk, peggerak
pelayanan, dan CRM. Berbeda perusahaan akan berbeda dalam memilih atribut utama dari
penggerak utama ini. Level kinerja biaya/harga mempunyai arti penting dalam 2 aspek. Pertama,
akan mempengaruhi bagaimana perusahaan mendapatkan profit dari customer. juga
mempengaruhi bagaimana customer menerima nilai barang/jasa berdasarkan kinerja harga/biaya.
Persepsi ini akna mempengaruhi perhatian custome untuk melanjutkan pembelian ke perusahaan
dan jumlah yang dipesan. Level customer mengindikasikan 3 kelompok outcome : kontribusi
keuangan – apakah customer memberikan profit bagi perusahaan?, outcome komitmen produktif
– seberapa banyak aset perusahaan disediakan untuk customer untuk melakukan penjualan,
outcome hubungan. Customer akan bertahan dengan perusahaan tergantung dari cost to service
dan kinerja CRM. Pengukuran finansial merupakan level terakhir dari outcome keuangan. Tingkat
diskon ada diluar aliran rantai karena berhubungan dengan resiko keseluruhan perusahaan daripada
outcome individu.
8. ARTIKEL SMALL RETAILERS’ ROAD TO SUCCESS: THE CUSTOMER
VALUE CONCEPT

a)Pondasi Konsep Customer Value
Pedagang eceran kecil telah dikalahkan oleh perusahan dengan perusahaan besar dalam 3 dekade
terakhir. Pengecer besar menggunakan strategi meningkatkan SKU 
(Stock Keeping Unit),
menekan biaya, membeli dan menjual kembali barang dengan harga yang rendah. Pengecer kecil
tidak mampu bersaing dalam kondisi ini dan membutuhkan cara yang lain untuk menghadapi
persaingan. Kesuksesan retail sebagian disebabkan karena memahami nilai pelanggan dan
bagaimana memanfaatkan hubungan pelanggan untuk menghasilkan return maksimum.
Untuk memaksimalkan potensi laba perusahaan, manajemen harus memahami nilai pelanggan dan
memahami bahwa pelanggan bervariasi nilainya bagi perusahaan. Sedangkan pemasaran secara
individual kepada setiap konsumen untuk memenuhi kebutuhan uniknya secara potensial
menghasilkan tingkat pengembalian tertinggi dalam hal pengeluaran bruto per pelanggan., tetapi
pemasaran jenis ini juga mahal dan berpotensimenurunkan laba operasi.
Tahap pertama untuk memahami customer value adalah melihat dari perspektif brand equity
perusahaan. Menurut Clow and Baack  (2004) brand equity adalah Kumpulan karakteristik unik
untuk merek yang memungkinkan perusahaan untuk membebankan harga yang lebih tinggi dan
mempertahankan pangsa pasar yang lebih besar daripada jika tidak diharapkan untuk produk yang
tidak dibedakan. Sebuah merk mempunyai nilai hanya jika produknya mempunyai nilai. Jika nilai
merk digolongkan sebagai kontinum, maka ujung dari kontinum itu adalah brand parity dan brand
equity. Brand parity terjadi di perusahaan dengan banyak merk untuk satu kategori produk yang
dilihat oleh customer sebagai brand yang identik. Sangat sedikit perbedaan, bahkan customer
hampir tidak bisa membedakan. Lawannya adalah brand equity, yang mempunyai karakteristik
unik yang membedakan produk perusahaan dari yang lain.

b)Konsep Customer Value
Kesuksesan perusahaan tergantung dari konsumen dalam area greografis yang spesifik melakukan
pembelian ulang. Tahap selanjutnya adalah memahami konsep customer value untuk
meningkatkan pembelian ulang yang berdasarkan pada brand value. Repeat purchase customer
yang berdasarkan pada brand parity akan mudah sensitif oleh harga dan penawaran promosi, yang
akan menghasilkan “kesepakatan yang rawan”. Lawan dari perilaku repeat purchase yang ekstrim
adalah brand loyalty, yang dihasilkan dari kepemilikan brand equity yang tinggi. Customer ini
akan melakukan pembelian ulang di toko retail yang sama karena brand loyalti.
Perilaku repeat purchase dari customer akan berdampak pada biaya promosi, marketing, dan harga.
Jika customer melakukan repeat purchase berdasarkan brand parity, customer akan melihat
penawaran promo untuk melakukan keputusan pembelian. Ini akan menyebabkan perusahaan
menghabiskan lebih banyak uang untuk biaya promosi. Sedangkan apabila perusahaan mempunyai
customer yang loyal, perusahaan dapat mengurangi biaya promosi dan menaikkan laba kotor.

c)Customer value Application
Untuk menggunakan konsep customer value, perusahaan harus mengetahui peringkat customer
berdasarkan pengeluaran yang mereka lakukan dari peringkat tertinggi ke terendah. Berdasarkan
data pembelian personal customer, perusahaan akan mengidentifikasi dan membagi customer ke
dalam 4 golongan.
Pertama, 20% yang digolongkan sebagai VIP. Customer ini merupakan brand loyal dan melihat
perusahaan mempunyai level equity yang tinggi. Strategi marketing yang diperlukan adalah
dengan program reward dan personalisasi. Kedua, kelompok customer sebanyak 30%
digolongkan sebagai repeater. Customer kelompok ini menunjukkan perilaku repeat purchase,
tetapi tidak sepenuhnya loyal. Mereka dapat dipengaruhi oleh penawaran harga dari kompetitor
dan pada situasi tertentu akan berpindah melakukan pembelian di kompetitor. Strategi marketing
yang cocok untuk kelompok iini adalah membangun loyalitas dengan program frekuensi. Contoh
: memberikan free barang jika berbelanja min 500rb. Ketiga, customer golongan selanjutnya
sebanyak 30% disebut “occasionally”. Customer golongan ini sering berbelanja di tempat lain,
tetapi berbelanja di perusahaan pada situasi tertentu. Strategi marketing untuk kelompok ini adalah
yang mampu memindahkan customer jenis ini ke kelompok kedua. Caranya dengan program
repeat purchase, dapat berupa program promo individu atau potongan harga. Keempat, customer
yang berada di golongan bawah sebanyak 20% disebut customer “deal seeker” atau pencari promo.
Merupakan jenis customer yang digerakkan oleh customer dan tidak mempunyai loyalitas pada
brand manapun. Customer jenis ini tidak profitabel bagi perusahaan. Tetapi jika dapat
mempertahankan customer ini dan memindahkan ke kelompok kedua, strategi yang dibutuhkan
adalah potongan harga.
Setelah mengidentifikasi jenis customer, perusahaan dapat fokus pada dua kelompok customer
teratas. Karena jumlah uang yang diinvestasikan untuk marketing, mempunyai tingkat return yang
lebih tinggi pada customer 2 kelompok teratas.
d)Contoh Penerapan di Toko Retail Baju
Untuk marketing yang menggunakan konsep customer value, diperlukan membangun database
yang memasukkan personal ID dan perilaku pembelian untuk menentukan strategi. Retail toko
baju yang sudah menerapkan database ini adalah Mitchell’s of Westport. Mitchell mempunyai
database dengan 30.000 pembeli aktif. Database berisi informasi mengenai background customer,
lingkungan kerja, ukuran baju, pilihan baju,dan personal interest. Strategi untuk kelompok pertama
dengan notifikasi barang baru yang sesuai dengan preference customer, hadiah ulang tahun atau
anniversary, kesempatan shopping VIP dengan undangan dinner atau fashion show. Tujuan dari
marketing kelompok ini adalah membuat customer merasa bahwa mereka VIP. Strategi kelompok
kedua dengan membangun loyalitas yang lebih tinggi. Programnya dengan penawaran hadiah
dengan minimum jumlah pembelian, notifikasi barang baru sebelum publish, undangan fashion
show dengan penawaran diskon. Strategi untuk kelompok ketiga dengan penawaran diskon,
kupon, undian, lomba, dan penawaran hadiah dengan minimum pembelian. Tujuan marketing
untuk kelompok ini adalah mempertahankan pembelian dan memindahkan customer ke kelompok
kedua. Strategi untuk kelompok 4, promo toko, kupon, dan free standing insert (kupon di koran).

e)Dampak konsep customer value pada marketing.
Perusahaan harus menjadi “top of mind” atau “top choice”. Top of mind berarti posisi perusahaan
relatif sama dengan kompetitor,dan ketika customer diminta mereferensikan toko atau brand
tertentu, customer akan menyebutkan dari yang pertama kali dipikirkan. Sedangkan top choice,
ketika customer diminta untuk mereferensikan brand tertentu, customer akan menyebutkan
pilihannya. Menjadi top of mind penting, tapi tidak mampu untuk menciptakan brand equity dan
brand loyalti. Untuk menjadi top choice, selain alokasi advertising juga diperlukan kualitas produk
yang tinggi, kualitas layanan yang baik, produk yang unik, dan promosi dengan customer tertentu.
Ketika perusahaan melakukan marketing dengan menggunakan potongan harga yang terlalu besar,
ditambah dengan brand parity, perusahaan tidak mempunyai competitive tool untuk bersaing
dengan kompetitor, dan tidak dapat membangun customer base yang kuat.

f)Peran Teknologi Customer Relationship Management (CRM)

Dengan menggunakan CRM, perusahaan dapat membangun loyalitas dan hubungan jangka
panjang dengan customer, melalui sentuhan personal dengan bantuan teknologi. 4 tahap
pembangunan teknologi CRM :
 Mengidentifikasi customer perusahaan
 Membedakan customer yang memberikan nilai bagi perusahaan.
 Meningkatkan interaksi dengan customer dalam rangka efisiensi dan efektivitas biaya
interaksi.
 Meng-custom produk dan jasa yang ditawarkan ke customer.
Teknologi yang digunakan dapat berupa database dan scanner pada POS. interaksi individu pada
kelompok bawah tidak akan berguna dan hanya akan membebani biaya advertising. Customer VIP
dapat masuk pada program CRM, untuk membangun hubungan dengan customer daam rangka
menghasilkan dan menjaga profit yang lebih tinggi. Untuk repeater, program penawaran personal
yang konsisten akan dapat mengubah kelompok ini ke customer VIP. Untuk kelompok deal seeker
dan occasional, sebaiknya tidak dimasukkan dalam program CRM. Komunikasi dan promosi
massif lebih efektif untuk customer jenis ini.
Kesimpulannya, pendekatan customer value dengan brand equity dapat menciptakan competitive
advantage bagi perusahaan retail kecil untuk bersaing dengan perusahaan retail besar. Pendekatan
ini dapat menarik customer baru dan membuat customer repeater berpindah ke kelompok VIP.


Comments

Popular posts from this blog

Pelatihan Laporan Keuangan Sederhana Pada Kelompok UMKM Kalisidi

Economic Festival Night 2022

Accounting in Society: Berbagi bersama Belajar Menyenangkan