Skema Fraud
I. INTRODUCTION
Dalam melakukan perlindungan, perlindungan, dan penginvestigasian fraud harus memahami
“skema fraud”. Menurut Singleton, klasifikasi fraud taksonomi yang terbaik adalah
klasifikasi menurut ACFE karena :
• Pertama, ACFE merupakan organisasi antifraud, dimana fokus nya adalah
pemberantasan dan pencegahan fraud.
• Kedua, taksonomi milik ACFE stabil dalam kurun waktu yang lama.
• Ketiga, taksonomi ACFE memiliki jumlah skema fraud yang terbatas dan unik,
sehingga pengklasifikasian jenis fraud menjadi lebih mudah
• Keempat, taksonomi ACFE berbeda satu dengan lainnya. Tidak seperti model
taksonomi lainnya, dimana satu kejadian fraud dapat masuk kedalam lebih dari 1
kategori sehingga terjadi klasifikasi ganda. Contoh : fraud dapat digolongkan dalam
customer fraud dan employee fraud.
Karakteristik yang unik dari fraud tree akan membantu mengenali dan mengklasifikasikan
fraud untuk kepentingan audit fraud dan mengendalikan lingkungan yang bebas dari fraud.
II. ACFE FRAUD TREE
Klasifikasi fraud menurut ACFE :
1. Korupsi
2. Penggelapan aset
3. Kecurangan laporan keuangan
Pengetahuan yang menyeluruh terhadap spesifikasi dan karakteristik fraud sangat penting
karena menentukan keberhasilan mendesain model audit fraud untuk pencegahan dan
pendeteksian fraud.
III. KARAKTERISTIK KATEGORI SKEMA FRAUD
Pelaku fraud
Pelaku fraud laporan keuangan adalah manajemen eksekutif, CEO, CFO. Pelaku penggelapan
aset adalah karyawan. Pelaku korupsi melibatkan 2 pihak dari kelompok yang berbeda.
Ukuran Kerugian Fraud
Fraud yang mempunyai kerugian terbesar adalah fraud laporan keuangan. Fraud dengan
kerugian terkecil adalah penggelapan aset. Sedangkan kerugian korupsi dapat dikatakan besar
atau tidak tergantung pada ukuran perusahaan.
Frekuensi Terjadinya Fraud
Fraud yang paling sering terjadi adalah penggelapan aset, sekitar 90%. Sedangkan yang
paling jarang terjadi adalah fraud laporan keuangan, sekitar 7%. Korupsi memiliki frekuensi
keterjadian rata-rata sebesar 30%. Terkadang pelaku fraud memulai kejahatannya dengan
lebih dari satu tipe fraud.
Motivasi Fraud
Beberapa motivasi dilakukannya fraud diantaranya adalah : psikotik, ideologi, emosional,
egosentris, kondisi ekonomi. Motif-motif tersebut sangat penting dipelajari untuk membantu
mendesain program antifraud bagi manajemen. Motif fraud laporan keuangan dengan laba
fiktif adalah kenaikan harga saham. Terkadang juga dibarengi dengan motif agar
mendapatkan bonus. Motif untuk fraud laporan keuangan ini telah diamati dan selama 300
tahun tidak berubah.
Motif bagi pelaku penggelapan aset adalah tekanan ekonomi. Motif ekonomi ini disebabkan
pressure keuangan yang diawali oleh : pola gaya hidup mewah, judi, narkoba,dll
Motif untuk pelaku korupsi adalah sama dengan motif penggelapan aset, ditambah dengan
motif bisnis, seperti melakukan penyuapan untuk mendapatkan akses pasar yang lebih baik.
Motif kepentingan politik juga dapat dikaitkan dengan korupsi.
Materialitas
Materialitas kerugian fraud laporan keuangan adalah sangat material. Sedangkan kerugian
penggelapan aset tidak material. Kerugian korupsi dapat material dapat pula tidak material
tergantung ukuran perusahaan.
Pihak yang diuntungkan
Fraud laporan keuangan biasanya menguntungkan pihak perusahaan, walaupun terkadang ada
keuntungan yang diperoleh pelaku. Fraud penggelapan aset menguntungkan pribadi pelaku.
Sedangkan korupsi dapat menguntungkan pelaku dapat juga menguntungkan perusahaan.
Ukuran perusahaan yang menjadi korban
Korban dari fraud laporan keuangan adalah perusahaan yang telah go publik. Perusahaan
besar cenderung lebih sulit melakukan fraud penggelapan aset karena telah memiliki program
antifraud dan pengendalian internal yang efektif. Sedangkan perusahaan kecil lebih sering
menjadi korban penggelapan aset, karena biasanya perusahaan tersebut lemah secara
pengendalian. Sedangkan perusahaan yang menjadi korban korupsi dapat perusahaan yang
besar dapat pula yang kecil, tergantung pada jenis kasus korupsi dan seberapa besar kasus.
Fraud Tree dan Siapa yang Mengaudit
a. Fraud laporan keuangan
Yang mengaudit adalah auditor laporan keuangan, dengan alasan :
• Pertama, jumlah kecurangan dalam fraud laporan keuangan adalah material di laporan
keuangan, sehingga sistem general audit seharusnya dapat mendeteksi kecurangan
tersebut.
• Kedua, prosedur audit laporan keuangan adalah yang paling sesuai untuk mendeteksi
fraud laporan keuangan. Prosedur mendeteksi fraud sangat berbeda dengan prosedur
general audit untuk mendeteksi dalah saji yang material di laporan keuangan.
• Ketiga, karena eksekutif perusahaan terlibat dalam fraud laporan keuangan, pihak
internal perusahaan akan mudah tertipu dengan trick yang dilakukan untuk menutupi
kejahatannya. Tetapi pihak eskternal yang independen memiliki posisi yang lebih baik
untuk mendeteksi fraud, terlebih jika nilainya material.
b. Penggelapan Aset
Yang mengaudit adalah internal auditor. Jumlah kerugian penggelapan aset adalah tidak
material, bahkan tidak mempengaruhi laporan keuangan, sehingga general audit sangat sulit
mendeteksi kecurangan individu atas penggelapan aset. Internal auditor memiliki posisi yang
tepat untuk melakukan kontrol atas perusahaan, dan mendesain sistem antifraud.
c. Korupsi
Kerugian yang disebabkan oleh korupsi lebih besar daripada penggelapan aset. Pihak yang bertugas mengaudit adalah auditor laporan keuangan karena disamping sifatnya yang material, korupsi juga melibatkan perbuatan melanggar hukum dan melawan peraturan. Namun bisa juga dengan gabungan internal auditor dan eksternal auditor.
IV. SKEMA FRAUD LAPORAN KEUANGAN
Unsur laporan keuangan terdiri dari 2 sub kategori : keuangan dan non keuangan. Skema
fraud yang paling sering terjadi pada fraud laporan keuangan adalah melebihkan pelaporan
pendapatan. Berikut 5 kategori skema fraud laporan keuangan :
a) Perbedaan waktu (cut off)
Ada banyak cara yang dilakukan terkait cut off untuk meninggikan pendapatan pada satu
periode. Pertama, dengan menekan kelebihan persediaan dengan melakukan penjualan fiktif
pada pihak-pihak tertentu, yang akan dicatat sebagai penjualan di akhir periode. Biasanya, di
awal periode berikutnya akan terjadi banyak retur. Metode ini disebut channel stuffing.
Kedua, pendapatan akan dibukukan dengan metode yang melanggar GAAP. Seperti
pekerjaan kontrak jangka panjang, seluruh pendapatan akan diakui di awal periode. Hal ini
melanggar prinsip pengakuan pendapatan dan matching cost with revenue.
b) Pendapatan fiktif
Pelaporan pendapatan fiktif adalah dengan mencatat penjualan yang tidak pernah terjadi,
dengan invoice asli tetapi customer palsu. Bisa juga dengan customer asli dan invoice asli,
tetapi tidak pernah ada transaksi penjualan.
c) Menyembunyikan kewajiban (pencatatan kewajiban yang tidak sesuai)
Salah satu cara untuk melakukan fraud ini adalah menunda pengakuan kewajiban di akhir
tahun sehingga periode sekarang akan mempunyai beban yang lebih rendah. Pencatatan
kewajiban akan dilakukan bulan pertama pada awal periode berikutnya. Cara kedua adalah
dengan menyembunyikan kewajiban. Bagi perusahaan yang mempunyai anak, mereka akan
memindahkan kewajiban pada anak perusahaan, terlebih jika perusahaan dan anak
perusahaan diaudit oleh auditor yang berbeda.
d) Pengungkapan yang tidak tepat
Salah satu ciri dari fraud adalah bersifat tersembunyi. Pelaku fraud cenderung akan menutupi
jejak fraud di pembukuan. Penutupan ini akan mempengaruhi pengungkapan di laporan keuangan. Ada bagian yang hilang yang sengaja tidak diungkapkan dalam laporan keuangan.
Contoh : enron tidak mengungkapkan pendapatan jangka panjang nya di laporan keuangan.
e) Penilaian aset yang tidak tepat
Penilaian aset yang tidak benar dapat dilakukan dengan cara meninggikan nilai aset ( piutang,
persediaan, dan aset jangka panjang), mengkapitalisasi biaya, merendahkan akun kontra
(amortisasi, piutang tak tertagih, depresiasi,dll)
V. SKEMA KORUPSI
Yang termasuk dalam kategori korupsi adalah pemerasan, gratifikasi, konflik kepentingan,
penyuapan. Yang tergolong penyuapan adalah umpan balik (cashback), bid rigging
(persengkongkolan tender),dll. Umpan balik (cashback) merupakan transaksi yang tidak
tercatat dan terjadi setelah transaksi pembelian, diberikan oleh vendor kepada karyawan
perusahaan. Bid rigging terjadi pada saat tender dan ada karyawan yang meminta bayaran
dari pihak luar agar dapat memenangkan sebuah proyek. Korupsi dilakukan oleh seseorang
dalam perusahaan yang bekerja sama dengan pihak luar perusahaan. Dengan demikian, untuk
mendeteksi korupsi adalah dengan mencari transaksi yang tidak diungkapkan dan transaksi
dari pihak ketiga yang tidak dikenal.
Konflik kepentingan
Konflik kepentingan terjadi apabila karyawan, manajer, atau eksekutif mempunyai
kepentingan ekonomi atau pribadi yang tidak diketahui. Perbedaan dari jenis korupsi lainnya
adalah pelaku menggunakan kekuasaannya (misal menyetujui invoice pembelian). Yang
termasuk konflik kepentingan adalah : skema pembelian, pengadaan barang, penjualan
Penyuapan
Penyuapan adalah menawarkan, memberi, menerima, membujuk sesuatu yang berpengaruh
terhadap keputusan bisnis. Biasanya berkaitan dengan unsur politik, untuk melancarkan
kepentingan bisnisnya.
Gratifikasi
Hampir sama dengan suap, hanya saja gratifikasi tidak dimaksudkan untuk mempengaruhi
keputusan bisnis. Seseorang yang mempunyai kekuasaan dapat menerima hadiah yang mahal
berupa barang atau non barang dan terjadi setelah tercapai kesepakatan negosiasi bisnis.
Pemerasan
Berkebalikan dari suap, pemerasan adalah permintaan sejumlah pembayaran dari karyawan
kepada vendor.
VI. SKEMA PENGGELAPAN ASET
Penggelapan aset adalah mengubah kepemilikan aset perusahaan yang sah menjadi
kepemilikan pribadi. Ada 2 kategori utama, yaitu kas dan persediaan dan aset lain.
1. Penggelapan Kas
Merupakan jenis penggelapan aset yang paling dominan. Kas merupakan aset yang sangat
mudah untuk diselewengkan. Menurut ACFE 85% kasus penggelapan aset adalah kas.
a. Pencurian
pencurian kas adalah tindakan dengan sengaja mengambil kas perusahaan tanpa ijin dan
merupakan kehendak yang diniati dari karyawan. Kas sudah tercatat dalam sistem
perusahaan, sehingga kehilangan kas yang disebabkan pencurian sangat mudah terdeteksi.
b. Pengeluaran fiktif
pengeluaran yang dibuat oleh perusahaan untuk transaksi tertentu yang terlihat normal tetapi
sesungguhnya transaksi tersebut fiktif atau palsu. Yang termasuk pengeluaran fiktif
diantaranya adalah : check palsu, invoice palsu, tagihan vendor palsu, karyawan fiktif (payrol
palsu), dll.
b.1 billing scheme
Merupakan pengeluaran fiktif yang menggunakan data tagihan untuk mendapatkan
kas, yang termasuk billing scheme diantaranya :
• Skema perusahaan fiktif
Menggunakan perusahaan fiktif untuk menipu perusahaan dan mendapatkan check yang akan
digunakan oleh pelaku fraud.
• Mark - up harga
Menggunakan perusahaan fiktif dengan melakukan transaksi jual beli yang harganya
dinaikkan. Pelaku akan mengalirkan dananya ke rekening perusahaan fiktif tersebut.
• Vendor komplotan
Berbeda dengan 2 jenis vendor sebelumnya, vendor komplotan ini adalah perusahaan asli
tetapi digunakan oleh pelaku untuk melakukan kejahatan. Vendor tersebut tidak terlibat
dalam aksi yang dilakukan oleh pelaku. Pelaku hanya meminjam nama vendor untuk
melakukan transaksi fiktif atau transaksi asli tetapi dengan tagihan yang overbill.
• Skema pembelian personal
Melakukan pembelian barang-barang pribadi dengan uang perusahaan. Dapat juga
melakukan pembelian aset perusahaan tapi digunakan oleh pribadi.
b.2 Payroll scheme
Merupakan pengeluaran fiktif yang menggunakan data payrol. Yang termasuk jenis dari
payroll scheme adalah :
• Karyawan fiktif
Membuat data gaji dengan daftar karyawan palsu yang tidak bekerja di perusahaan
tersebut atau dapat juga dengan karyawan asli tetapi sudah bersengkokol dengan
pelaku
• Skema komisi
Dalam kecurangan jenis ini pelaku menggunakan beberapa metode : meninggikan
penjualan, meninggikan tingkat komisi, meningkatkan bonus penjualan,dll
• Data tunjangan karyawan palsu
Pelaku menggunakan data karyawan palsu untuk membuat pembayaran tunjangan
atau asuransi dari perusahaan
• Skema upah palsu
Karyawan menggunakan data upah palsu dengan cara memalsukan jam kerja atau
meninggikan upah per jam.
b.3 Skema reimburse biaya
metode ini dilakukan dengan menyerahkan transaksi palsu dan mendapatkan check dari
transaksi yang di reimburse. Termasuk dalam kategori ini adalah : kelebihan biaya,
pembelian yang tidak dibutuhkan, biaya fiktif, atau multiple reimburse.
b.4 Sabotase Check
Merupakan jenis fraud yang unik diantara yang lainnya karena merupakan skema dimana
pelaku menyiapkan secara fisik check fiktif. Pelaku menyebabkan perusahaan menerbitkan
check dengan dokumen yang salah atau palsu.
• Tanda tangan palsu
Dilakukan dengan menandatangani nama orang lain pada check dengan merubah
instrumen yang asli. Biasanya dimulai dengan blangko check kosong.
• Pengesahan palsu
Pelaku akan merubah check yang digunakan untuk pembayaran sah pihak ketiga dan
merubah check dengan cara memalsu nama perusahaan lain pada pengesahan
dokumen check.
• Menerima penerima pembayaran
Pola ini dilakukan dengan cara merubah check yang sudah ditulis untuk pihak ketiga,
pelaku merubah nama penerima pembayaran sehingga check tersebut dirubah untuk
dirinya sendiri.
• Check gelap
Pelaku menyerahkan check gelap bersamaan dengan check lainnya dengan harapan
pimpinan tidak menyadari dan tidak mengecek penerbitan check satu per satu,
sehingga check tersebut ikut ditandatangani. Pelaku menunggu saat pimpinan sibuk
sehingga tidak sempat melakukan pengecekan.
• Penyalahgunaan Otorisasi
Motif ini dilakukan seseorang yang mempunyai otorisasi atas check dan digunakan
untuk kepentingan dirinya sendiri. Hal ini dapat terjadi hanya jika perusahaan tidak
memiliki kontrol, tidak ada pemisahan fungsi, dan tidak ada kendali pimpinan. (yang
mengotorisasi pengeluaran check adalah karyawan itu sendiri). Contoh : karyawan A
menulis check untuk dirinya sendiri, menandatangani, mengesahkan, dan membayar
ke rekening A sendiri. Biasanya terjadi pada perusahaan kecil.
b.5. Pengeluaran Register
Merupakan pengeluaran kas dari sistem register, dimana pengeluaran tersebut telah dicatat
pada sistem register kas. Fraud jenis ini merupakan yang paling jarang terjadi dan paling
kecil kerugiannya karena sangat mudah terdeteksi.
c. Skimming
Skimming merupakan pencurian kas sebelum kas tersebut dicatat dalam sistem pembukuan
perusahaan. Sangat sulit mendeteksi skimming karena terjadi diluar sistem.
c.1 skimming penjualan
Skimming dari transaksi penjualan dapat dilakukan dengan tidak melaporkan hasil
penjualan dan mengantongi uang hasil penjualan untuk dirinya sendiri.
c.2. skimming piutang
Dilakukan dengan mengambil uang hasil penagihan piutang dan tidak melaporkan ke
perusahaan serta menggantinya dengan uang hasil pembayaran customer lain. Contoh
: pelaku mencuri uang pembayaran customer A, dan menggantinya dengan uang
pembayaran B, customer B akan diganti dengan uang pembayaran customer C, dst.
c.3 Skimming pengembalian dana (refund)
skimming jenis ini sangat jarang terjadi. Perusahaan mempunyai kelebihan
pembayaran ke vendor, dan vendor akan melakukan refund atas transaksi tersebut.
Pelaku akan mengambil uang hasil refund tersebut.
2. Penggelapan Persediaan Dan Aset Lain (Non Cash)
Pengggelapan aset non cash tidak sesering penggelapan aset kas karena sifatnya yang mudah
terlihat dan mudah terdeteksi. Termasuk jenis penggelapan aset non kas adalah :
2.1 Penyalahgunaan
Penyalahgunaan aset-aset perusahaan yang mahal untuk keperluan pribadi : alat-alat
berat, mobil, komputer, laptop,dll.
2.2 pencurian aset
Pencurian aset adalah pengambilan aset perusahaan tanpa ijin dan mengubahnya
menjadi miliknya. Perusahaan yang tidak memiliki kontrol atas catatan aset dan
kontrol fisik terhadap aset akan sangat mudah terjadi fraud jenis ini. Biasanya auditor
internal akan mencocokkan catatan pembukuan aset atau persediaan di gudang dengan
jumlah fisiknya untuk meningkatkan pengendalian atas aset.
Comments
Post a Comment